Rabu, 10 Juni 2015

Konser Sarasvati - Sunyaruri


Kebersamaan Lintas Dimensi, Nuansa Teater Kesunyian



“Bahwa tak ada satupun orang yang benar-benar sendirian, tapi juga tak ada orang yang sebetulnya selalu bersama. Tapi kemudian, mereka yang ditinggal akan menemukan kembali penggantinya, seolah selalu menemukan jalan untuk bertemu seseorang, untuk berbagi cerita. Kita bisa berjalan bersama, karena memang, keberadaan kita tidak pernah benar-benar sendirian. Dan menerima kenyataan, bahwa dalam diri setiap orang selalu ada kesunyian. Di dalam kesunyian, kita bisa mengundang seluruh imajinasi kita untuk merayakan kehidupan, dan mewujudkan imajinasi itu menjadi pesta.”

***

Sebuah potongan barusan, yang terdapat dalam rilis pers acara, seakan menjadi penggagas utama atas pesta yang dihelat sang ‘ratu’ Risa Saraswati beserta ‘unit kerajaannya’, Sarasvati – yang kini kembali menghadirkan suasana Halloween di Bandung dengan tajuk Sunyaruri. Ini merupakan konser tunggal kedua Sarasvati di tahun 2013 (setelah Lengkah Meddah). Persembahan ini merupakan sebuah ‘ritus’ dalam rangka lahirnya novel ketiga sekaligus EP kedua Sarasvati berjudul “Sunyaruri” – yang berarti ‘dunia kesunyian’.
Menjelang dimulai, ratusan penonton duduk-duduk rapi di depan main stage besar. Mereka ibarat para anak yang sudah sejak lama menanti kedatangan seorang pendongeng untuk bercerita dalam sebuah pertunjukan teater unik yang akan segera memulai babak demi babaknya. Dua buah large screen membentang di kedua sisi panggung. Beberapa replika makam Belanda pun tidak lupa hadir sebagai instalasinya – sebuah sinyal yang harus dicamkan oleh para penonton : bahwa mereka sedang berada di area “berhantu”.
Dalam sebuah malam Jum’at yang dibasahi hujan, 12 Desember 2013, Gedung Padepokan Seni Mayang Sunda sukses disulap menjadi sebuah wahana angker sekaligus menjadi saksi bisu bertambahnya lagi produktivitas Sarasvati – sebagai salah satu kelompok seni kreatif kebanggaan Bandung. Venue yang berlokasi di Jalan Peta tersebut dipermak oleh konsep artistik dan dekorasi yang spooky dan gloomy. Ada kesan mistis yang sengaja dibubuhkan pada setiap titik areanya – hal tersebut seakan sudah menjadi salah satu ciri khas dan keunggulan visual konser Sarasvati : sebuah grup spesialis yang menyanyikan cerita-cerita arwah.
Pemilihan tanggal konser pun seolah tidak lepas dari balutan konsep horor, 12 Desember 2013 (yang jika ditulis singkat menjadi 12.12.13), bisa memiliki arti mistis tersendiri. Karena mengingat angka ‘12-12’ diyakini sebagai digit sakral bagi suku Aztec dan Maya (yang konon mengandung makna sebagai masa kehancuran atau kematian), serta ‘13’ yang merupakan simbol dari ‘angka sial’ – hal ini disempurnakan oleh fakta bahwa hari itu adalah sebuah malam Jum’at. Walaupun hal-hal ngeri tersebut sudah familiar bagi para gigs-lovers Kota Bandung (terlebih bagi para Sarasvamily), nampaknya bukanlah konser Sarasvati jika hal ini tidak bisa kembali memberi efek kejut tersendiri untuk membunuh rasa penasaran para pengunjung.
Sejak open-gate pukul 18.00 WIB, penonton dibiarkan memulai petualangan di dalam sebuah lorong kecil gelap sepanjang sekitar 20 meter. Lengkap dengan sengatan aroma dupa kemenyan yang tercium bersamaan dengan wangi melati. Pada langit-langitnya digantungi helai-helai kain putih halus yang tidak lain merupakan kantong-kantong berisi kepala wanita berambut panjang yang menjuntai hingga ke bawah. Pengunjung dipaksa untuk memasuki lorong dengan cara menerobosnya, sekaligus indikasi bahwa perjalanan menuju Sunyaruri dimulai dari sini. Berbagai artistik lain ikut memenuhi sisi lorong, seperti properti yang berpendar dalam gelap, berwarna merah redup serta beberapa ada yang berwarna kehijauan. Efek visual semacam ini cukup sukses menyerang psikis pengunjung lebih awal. Meski suara hiruk-pikuk keramaian dari luar masih senantiasa terdengar di dalam venue, tampak suasana kesunyian dan rasa penasaran sudah menghidupi jiwa masing-masing pengunjung.
Konser kali ini memiliki unsur teaterikal yang kuat. Apalagi yang Sarasvati suguhkan merupakan teater lintas dimensi. Yang artinya, akan ada teater-teater lain yang mengisi seluruh ronggavenue konser – tidak hanya pada teater utama, yakni panggung konser saja. Hal ini dibuktikan dengan tersedianya sebuah atraksi teaterikal di ujung lorong karcis yang gelap tadi. Sebagaigimmick awal, seorang anak laki-laki berambut pirang dengan paras Belanda hadir di sana. Dengan make-up ala hantu cilik berseragam sekolah, dia muncul secara tiba-tiba sambil berlari ke arah pengunjung. Tangan mungilnya berusaha menerkam jahil pinggang para pengunjung yang lewat (siapa saja diterkam – termasuk kami), sebelum akhirnya ia kembali nyumput untuk mengagetkan pengunjung lain yang baru datang.
Hal ini sontak membuat pengunjung kaget, bahkan banyak yang sampai berteriak ketakutan. Hampir bisa dipastikan bahwa para Sarasvamily (sebutan untuk fans dan ‘keluarga’ Sarasvati) sudah tidak asing lagi dengan sosok anak itu. Dia adalah pemeran Peter dalam video clip Sarasvati yang berjudul “Story of Peter”. Kisah hantu kecil berkebangsaan Belanda ini telah menjadi tokoh utama sejak awal sepak terjang Risa bersama Sarasvati dimulai. Maka khusus malam itu, Peter dihadirkan dalam sosok yang lebih “nyata”, sehingga sukses membuat perasaan penonton bercampur aduk, antara kaget dan gemas.
Keluar dari lorong, penonton memasuki wahana terakhir sebelum mereka menginjakkan kaki di depan panggung konser. Ada sebuah ruangan lobi yang dipenuhi detail hiasan, berisi aneka dekorasi artistik. Terpajang apik di bawah sorot pencahayaan yang remang. Mulai dari boneka hantu-hantu wanita tanpa kepala, busana-busana penuh lumuran darah, hingga sederet kanvas yang melukiskan sosok para makhluk surreal dan supranatural. Semua tersaji lengkap beserta nilai estetikanya masing-masing. Tidak perlu seorang kurator untuk sebuah galeri “sunyi” seperti ini. Yang pasti, kehadiran semua ini seakan menggandeng tangan para pengunjung, agar mereka segera memasuki dunia imajinasi dan pesta kelam ini – menuju lebih dalam dan semakin intim lagi.
Konser belum dimulai, namun teaterikal kedua hadir tidak jauh dari sana. Seorang noni Belanda dengan tinggi badan sekitar dua meter, berjalan mengenakan busana ningrat Eropa, bak seorang istri jenderal kompeni. Dengan anggun ia berhenti di sebuah meja makan antik gaya Belanda era poskolonial. Wajahnya dingin, datar, dan matanya jarang berkedip – bahasa tubuhnya seolah berbicara tegas, bahwa dialah sang penghuni satu-satunya photo-booth yang tersedia di sana. Bisa ditebak, dalam waktu singkat area berukuran kecil tersebut langsung diserbu antrean pengunjung untuk berfoto. Pada ujung wahana terakhir ini terdapat sebuah stand yang menjual DVD film dokumenter tentang Risa Saraswati – yang sejak malam itu akan layak mendapat julukan sebagai sang Ratu Halloween Kota Bandung. Dalam booth satu ini, terdapat sebuah screen bergambar seorang wanita sedang terdiam, duduk sendiri dalam sebuah ruang isolasi yang seolah terekam melalui kamera CCTV – mengingatkan kami pada film “Paranormal Activity” (atau acara “Uji Nyali”?).
Pukul 20.00 WIB, sang ratu pesta yang tidak lain sekaligus sutradara dalam dimensi Sunyaruri ini, Risa Saraswati, hadir di atas panggung bersama Sarasvati, melalui opening “Haunted Sleep”. Penampilan lagu ini dilengkapi sebuah atraksi teaterikal di wing kanan panggung. Menceritakan seorang anak yang tidurnya terganggu oleh kehadiran sesosok monster. Setelah sempat ketakutan sampai kejar-kejaran, si anak pun sadar bahwa si monster ternyata ingin berteman dengannya. Kemudian, lagu kedua, “Story of Peter”, dibawakan secara khidmat, setelah sebelumnya diawali good-spelling dari para penonton, plus Sarasvamily yang menyanyikan lagu innocent “Boneka Abdi” – sebuah lagu yang malam itu dianggap sebagai mantra untuk mendatangkan lima sahabat Risa dari dunia lain : Peter, Hans, Hendrick, William, dan Jansen; yang menurut Risa sudah lama tidak kunjung menemuinya.
Dalam konser ini, Risa yang anggun dengan long dress berwarna hitam, nampak semakin luwes memainkan naskah-naskah elegan ciptaannya. Berkali-kali ia berhasil membuat penonton senyap melalui sajian monolognya, dan sukses meledakkan tawa melalui celetukan humornya, di samping memukau penonton dengan lantunan tembang-tembang Sarasvati yang mengayun lemas di udara – ibarat musik balada yang tersayat-sayat aransemen ala neo-classical berkat kehadiran resital string quartet pimpinan Fitrah, beserta Iman Jimbot, sang pemain kacapiChoir group Kirei juga hadir untuk menyempurnakan audio Sarasvati malam itu.
Darah teater terasa kental dalam konser Sarasvati kali ini. Hampir seluruh penampilan lagu diperkuat oleh pertunjukkan olah tubuh yang sukses memvisualkan lirik-lirik lagu juga kisah-kisah yang Risa tulis, baik dalam novelnya maupun dalam album Sarasvati. Rangkaian dialog, monolog, sendra tari, hingga fragmen tari, menghiasi penampilan pada lagu-lagu seperti “Cut And Paste”, “Solitude”, dan “Question”. Ada semacam dugaan bahwa metode seperti ini bisa menjadi salah satu opsi menarik untuk merevitalisasi cabang seni teater yang kini mulai agak renggang dari sasaran apresiasi kalangan remaja Bandung.
Materi album baru yang pertama kali dibawakan Sarasvati malam itu adalah “Larung Hara” – dengan menggaet novelis Vinca Callista guna memerankan Marlina, seorang wanita yang putus asa karena kehilangan Toro, kakaknya. Sedangkan dalam penampilan “Senandung Hujan”, Risa berduet dengan Awong. Sebuah keunikan kembali terasa di sini, karena tembang tersebut sarat sentuhan keroncong yang terasa mistis di samping jadoel . Dilanjut “Death Can Tell A Lie” yang disajikan dalam format duet Risa bersama pianis Kevin. Malam itu Kevin menggantikan posisi pianis Yunita Rachman yang tidak bisa hadir karena sedang mengurus proyek solo albumnya. Sang penyanyi latar, Marshella Safira, berkesempatan memimpin panggung dalam “Graveyard”, ketika Risa beranjak ke belakang.
Melalui “Graveyard”, Shella – yang juga tampil dalam konser Detournement The S.I.G.I.T pada September kemarin, sukses menghanyutkan suasana malam itu. Atmosfir ketenangan yang baru saja dia alirkan kepada penonton, mendadak terpecah seketika karena sekelompok “hantu” tiba-tiba muncul dari kegelapan. Mereka datang dari belakang tribun, berjalan masuk ke tengah kerumunan massa, dan ikut duduk bersama penonton lainnya (beberapa jeritan histeris pun terdengar). Aksi simbolik seperti inilah yang mencerminkan esensi kisah demi kisah yang ingin Sarasvati bagi kepada kita. Bahwa intinya, keberadaan makhluk dari dimensi lain pun harus kita sikapi dengan baik (terutama jika kita sudah terbiasa oleh kehadiran mereka). Karena fisik yang tidak indah, bukan berarti tidak punya sisi keindahan.
Selepas menyulap arena panggung menjadi zona kuburan, lengkap dengan kehadiran para “teman-temannya”, Risa Saraswati kembali muncul dari belakang panggung dengan busana yang berbeda. “Graveyard” di-medley dengan tembang “Aku dan Buih”. Sarasvati mendaulat seorang penari berbusana tradisional untuk hadir memerankan Canting, tokoh dalam novel “Maddah” – seorang hantu wanita yang senang menari semasa hidupnya (dan juga masa setelahnya). Sesi kali ini lebih variatif, karena selain menghadirkan seorang penari yang bergerak menyisir kedua wing panggung, ditampilkan pula beberapa karya seni instalasi yang dipajang di tengah panggung – artistik yang menyerupai pose beku para “hantu” yang ingin menyeruak keluar dari kanvas. Sebuah simbol dari dua jenis dimensi yang sedang ingin saling melintasi.
Sisi “keindahan” yang ingin Sarasvati tekankan melalui konser Sunyaruri yang horor nan mistis ini, salah satunya adalah sisi kebersamaan. Ada bukti-bukti yang tertangkap, bahwa konser SUNYARURI ini terdiri dari jalinan banyak kebersamaan – walau peristiwa ini hanya mampu berdiri untuk satu malam. Mulai dari kebersamaan lintas cabang kesenian, antara bidang seni musik modern, teater, tari, sastra, film, musik tradisi, dan seni rupa – hingga kebersamaan lintas bidang yang terjalin antara tim Sarasvati dengan Tragic Magic sebagai art-director serta Translusen Production sebagai film-producer – di bawah payung sponsor Djarum Black Mild Urban Music.
Risa sengaja meramu puisi karya sastrawan Azis Manna ke dalam sebuah lagu yang menjadi nomor kesebelas Sarasvati malam itu, “Percakapan Dalam Lumpur” – sebagai penanda bahwa malam itu, Sarasvati memang tidak tampil sendiri. Dan benar saja, tak lama berselang, seorang wanita cantik naik ke atas panggung. Sara Wijayanto hadir untuk bersama-sama membawakan lagu keduabelas, “Danur”. Semua lagu yang mereka bawakan sejak awal, nampak punya sesi tersendiri untuk bercerita. Termasuk pada “Fighting Club”, lagu ketigabelas mereka, yang khusus bercerita bahwa malam ini Sarasvati ingin menunjukkan, bahwa Sarasvamily bukanlah fans, melainkan anggota dari keluarga besar mereka.
Risa Saraswati kembali ber-monolog setelah itu. Kali ini ia sedikit membeberkan isi novel Sunyaruri itu sendiri, yang salah satunya bercerita tentang kisah dua sejoli Elsja dan Djalil. Ada secarik surat yang Risa bacakan kepada penonton, sebelum membuka lagu berjudul “Cerita Kertas Dan Pena”. Risa berperan sebagai Elsja, sedangkan Djalil diperankan oleh Ink, vokalis band Rosemary – sebagai satu dari beberapamystery-guests malam itu. Risa, sang Ratu Halloween berwajah Sanskrit, akhirnya memohon pamit kepada seluruh hadirin, lewat “Pulang” – track terakhir dalam album Sunyaruri. Setelah lagu itu berakhir, seluruh personil Sarasvati beranjak dari panggung, dan kemudian  semua lighting pun dimatikan.
Akan tetapi, seluruh penonton yang memadati Gedung Padepokan Seni Mayang Sunda belum mau beranjak meninggalkan venue. Dan tebakan mereka benar, kala dalam konser ini seruan untukencore akhirnya berkumandang. Beberapa saat kemudian, Risa beserta Sarasvati kembali muncul ke atas panggung dengan diiringi riuh penonton – yang untuk pertama kali mengeluarkan adrenalinterbaiknya, setelah sebelumnya mereka semua cukup lama terbius oleh ‘ke-sunyaruri-an’. Sarasvati kemudian mendendangkan “Perjalanan” untuk memuaskan dahaga bersama. Di tengah lagu, tiba-tiba dari belakang panggung terdengar seorang wanita bernyanyi dengan jazzy-voice yang serak-serak basah : Syaharani hadir sebagai mystery-guest kedua malam itu. Vokal Syaharani malam itu menjabat hangat suara Risa yang lembut dan lirih.
Encore pertama selesai dibunyikan. Kepada penonton, Risa pun mengutarakan naskah terakhir yang akan dia mainkan, bahwa pada kesempatan itu Sarasvati ingin meng-cover sebuah lagu ciptaan musisi Bandung yang lain. Alhasil, “Tiga Titik Hitam” dari grup cadas Burgerkill sukses diculik ke dalam Sunyaruri. Dan tanpa diduga, Fadly Padi muncul dan mengejutkan semua penonton – membuat malam Jum’at itu terasa manis sekaligus bikin merinding. Suara melengking Fadly yang sukses menyiratkan sebuah klimaks, ternyata disumbangkan kembali dalam medley berikutnya, “Mirror” – tembang ke-19 yang sekaligus menjadi penutup aksi apik Sarasvati malam itu. Banyaknya kolaborasi multi-segment pada konser ini diharapkan menjadi kado penutup tahun terindah bagi Sarasvamily.

DANUR - RISA SARASVATI




Risa Saraswati, wanita yang memiliki kemampuan untuk melihat 'makhluk' selain manusia. Karna kemampuannya itu, dia punya persahabatan unik dengan 5 anak hantu belanda. Peter, hans, hendrik, william, dan janshen.


Pertama kali risa bertemu mereka saat risa berumur 9 tahun. waktu itu dia pindah jauh dari orang tuanya ke rumah neneknya di Bandung. Dia yang sendirian sulit beradaptasi dengan lingkungan baru dan teman-teman SDnya. suatu hari risa pulang sekolah dengan menangis karna seharian di sekolah membuatnya sedih. dia lari menuju loteng rumah neneknya yang sepi dan jauh dari ruangan-ruangan lainnya. saat menangis tiba-tiba ada suara seseorang memanggil namanya. "risa..." risa melihat keatas, dilihatnya seorang cowok keturunan belanda berambut pirang agak kecokelatan dengan kemeja dan celana pendek cokelat, bersepatu kulit dengan kaos kaki putih. dia adalah peter, yang mengaku sebagai tetangga kompleks sebelah yang kemudian mengenalkannya pada hans, hendrik, william, dan janshen.

2 tahun risa bersahabat dengan kelima anak belanda itu. dan baru setahun lalu risa tahu kalau mereka berlima adalah hantu. Hari itu saat risa menutup matanya dan mendengar peter dan lainnya berteriak "risa jangan buka matamu risa ..jangan lihat kami" dan risa melihat mereka berlima berlumuran darah dan..tanpa kepala. hari itu risa sadar, bahwa dia punya kemampuan lebih dari manusia lain, yang bisa berhubungan dengan hantu. hari itu bukan rasa takut yang dirasakan risa tapi kasihan dan rasa sayang sampai ingin dipunguti kepala mereka satu-satu. dia berbisik "kalian masih sahabatku."

Sejak itu persahabatan risa dengan 5 anak hantu belanda itu makin tak terpisahkan. Dimana-mana ada kejahilan peter, pertengkaran hans dan hendrik, suara alunan biola william, dan raut muka lucu bergigi ompong janshen yang paling kecil diantar mereka, yang berumur 6 tahun -saat dia mati-. karna risa sudah tahu bahwa mereka adalah hantu, tidak ada lagi yang ditutup-tutupi. mereka perlahan-lahan mau bercerita apa yang terjadi dimasa lalu mereka. mengapa mereka mati diusia yang masih kecil dan hidup di rumah tua neneknya.

Dari cerita kelimanya, risa tahu kalo mereka semua adalah korban dari pembantaian nippon saat dulu mulai menguasai indonesia setelah lama dijajah belanda. mereka yang masih kecil, tiba-tiba didatangi nippon di depan rumahnya dan saat mencoba melarikan diri, tiba-tiba pedang tentara nippon menebas kepala mereka tanpa ampun, dan semenjak itu mereka hidup di antara bayang-bayang, kegelapan, tidak tahu pergi kemana. Mereka tidak saling mengenal satu sama lain. peter, mempunyai ayah belanda yang angkuh tapi ibunya baik hati dan tidak membeda-bedakan derajat pribumi dan belanda, peter selama ini ingin mencari ibunya. william, yang hidup sendiri meskipun mempunyai orang tua karna terlalu sibuk dengan kekuasaan waktu itu, dia selalu ditemani biola tuanya sampai dia mati. dan jansen si kecil yang waktu melarikan diri bersama pembantunya, jatuh ketanah dan giginya patah sesaat sebelum kepalanya ditebas oleh nippon dan membuatnya menjadi hantu dengan keadaan terakhirnya dengan gigi ompong.

4 tahun risa bersahabat dengan mereka, risa sangat sayang dan tidak ingin pergi tanpa ada mereka di sisinya. sampai risa berpikiran untuk hidup bersama didunia mereka. untuk seumuran risa yang sangat sayang dengan sahabt-sahabtanya, risa menyampaikan keinginannya itu dengan peter. "peter, beri aku wkatu samai seumuranmu, dan aku akan berusaha untuk mengakhiri hidupku agar slemanya bersama kalian." tapi saat risa berumur 13 tahun dnegan 3 kali dia mencoba bunuh diri, hasilnya nihil. risa mulai sadar hidupnya bukan utnuk dia sendiri, tapi masih ada orang lain disekitarnya, papa mama, adiknya. keluarganya. jam 12 malam tepat saat risa berulang tahun ke 13, peter managih janjinya. risa tidak bisa melakukannya. tidak seperti biasanya peretr akan merengek dan menarik tangannya, saat itu peter hanya berujar, "baik kalau itu maumu, kamu akan tumbuh semakin tua dan menjadi manusia mengerikan. kamu tidak akan bisa bertemu kami lagi." peter pergi dengan kilatan kemarahan di matanya.

Risa cuma bisa menangis dan berharap besok pagi bisa normal seperti biasanya. tapi ternayta tidak, sejka saat itu risa tidak pernah bertemu lagi dgn peter dan yang lainnya. Tidak ada teman-temannya di saat risa membutuhkannya. sampai risa berumur 17 tahun, setiap hari dia berharap tiba-tiba ada jansehn yang mengagetkannya atau suara biola william di samping tidurnya, tapi tidak ada. Ternayata janji risa untuk hidup bersama mereka telah membuat peter dan yang lainnya marah sampai tega meninggalkan risa sendirian bertahun-tahun.

Di sisi lain kemampuan risa untuk melihat hantu masih seperti dulu, yang lain, hantu yang muncul di sektarnya banyak hantu mengerikan. kadang risa histeris saat melihat mereka muncul dengan bentuk yang tidak sepantasnya dilihat. mereka banyak yang meminta pertolongan risa, banyak yang menanyakan mengapa mereka mati dengan keadaan seperti itu. buat risa yang berumur 17 tahun menanggapi pertanyaan-pertanyaan seperti itukebingungan dan takut. berbeda dengan peter dan teman-temannya dulu, yang tulus ingin bersahabat dengan risa. Disaat-saat seperti ini risa ingin menghilangkan kemampuannya, tapi menginagt kelima sahabat masa kecilnya dulu, risa berusaha kuat meskipun hantu-hantu itu mengikuti risa seperti magnet.

Ada satu cerita dimana risa didatangi hantu wanita yang mati bunuh diri. dia mati dengan mengikat tali tambang dilehernya. Ternyata saat dia mati dan nyawanya keluar dari tubuhnya, tambang itu masih mengikat erat dilehernya sampai sekarang. namanya adalah asih. Dia sudah lama mengamati risa -yang tahu bahwa dia bukan manusia biasa karna dikelilingi hantu belanda. Pernah asih mencoba mendekati risa, tapi peter dan teman-temannya melototi asih agar pergi jangan mengganggu risa. 

Suatu hari saat tahu bahwa risa telah lama sendiri tidak didampingi kelima sahabat hantunya, asih memberanikan diri untuk datang menemuinya. Saat itu risa sedang tidur, asih mencoba masuk ke rumah tua nenek risa. banyak halangan saat menuju kamar risa, disana banyak dihuni hantu belanda, asih harus berhati-hati menghindari mereka. karna mereka hantu belanda sangat tidak suka hantu lokal yang menurut mereka berbeda derajad dengan mereka mehehehe hantu aja masih pilih-liih :p. asih masuk ke kamar risa dan memleuk risa dari belakang. risa yang tahu ada seseorang dibelakangnya kaget saat menoleh dan ada sesosok asih dengan tali di lehernya. "siapa kamu! mau apa kamu!" risa menjauhkan badannya dari asih. "tolong lepaskan tali tambang di leher saya." suara asih terdengar mengiba. melihat itu risa sedikit tenang. "apa yang terjadi pada teteh? apa yang harus aku lakukan pada teteh?"

Setelah itu asih menceritakan hidupnya, mengapa dia mencoba mengahkiri hidupnya karna dia mennangung malu dengan kehamilannya karna ditipu oleh seorang pria. risa menghapus air mata yang mengalir dimatanya. dia memeluk asih. "namaku risa teh, aku akan menolong teteh sebisaku." sesaat tali tambang di leher asih sedikit melonggar karna bahagia ada orang mendengar cerita hidupnya setelah mati.

Risa berusaha keras melepas tali tambang yang mengikat erat di leher asih tapi setelah lama dia berusaha tetap saja tidak bisa. "teh maafkan aku, aku tidak bisa melepasnya.." asih menggelang pelan, dia sudah cukup bahagia dengan bisa bercerita dengan risa. mungkin ini hukuman buat asih karna mengakhiri hidup melawan kehendak-Nya.
Orang yang mati bunuh diri untuk mengakhiri penderitaan hidupnya ternyata tetap membawa penderitaan di hidupnya setelah itu, malah semakin menderita sampai kiamat dan takdirnya berakhir.

Bertahun-tahun sampai risa dewasa, dia pernah mencoba untuk melepas kemampuannya untuk melihat hantu. dia sering menghindar apabila saat berjalan di kampus, di kamar, di jalan bertabrakan atau berdampingan dengan hantu. dia berusaha keras tidak melihat mereka. Tapi semakin dia menolak dan pura-pura tidak melihat mereka, hantu-hantu itu semakin gencar mendekati risa.

Suatu hari saat dia pulang dari stasiun radio bandung dan naik lift bersama teman-temannya, risa diganggu oleh hantu wanita. hantu itu tertawa mengerikan di depan muka risa, tapi risa pura-pura tidak melihatnya dan sibuk melihat hape di depannya. merasa dicuekin, hantu itu lalu menjilat-jilat lengan risa yang waktu itu mengenakan lengan pendek. risa ingin menjerit tapi mengingat temn-temannya disekitar dia, risa mencoba tetap bertahan. Tak lama mereka akhirnya membuka lift, risa lega melihat meninggalkan hantu wanita tiu dengan geram.

Ada lagi saat risa pulang dari kampusnya menuju rumah naik mobil. saat dia melewati perlintasan kereta api, dilihatnya sepasang remaja mengenakan seragam SMA, yang lain, mereka berdarah-darah. risa sadar kalau mereka hantu, dia pura-pura tidak melihat. tapi setelah di belokan-belokan menuju rumahnya, sepasang remaja itu terus menerus menampakan sosoknya.

Dan risa paling benci kalau saat perjalanan risa dikagetkan dengan hantu yang tiba-tiba duduk di kursi belakang mobilnya. pernah ada anak kecil yang menangis-nangis mencari mamanya, tapi sekejap juga hilang. Membuat risa kaget dan hampir membahayakan nyawanya.

Atau saat risa berlibur bersama teman-temannya di vilaa. saat mereka berfoto di gedung tua, hasil foto di kamera hp risa terlihat di atas gedung ada nenek-nenek yang berdiri dengan senyum menegreikan. seketika temen-teman risa dan risa kaget bukan main. risa juga heran baru kali ini ada hantu yang menampakkan diri pada manusia normal. Risa menyimpan foto itu. sampai saat dia tertidur, tiba-tiba ada yang memanggilnya. " mbak yu.. mbakyu.." dibuka matanya ternyata itu suara nenek-nenek di atas gedung tadi. risa sangat takut meilhat sosok nenek-nenek yang wajahnya tak berbentuk lagi itu. hantu itu mengikuti risa terus dan menghilang saat risa menghapus fotonya di kamera hpnya.

Hantu-hantu yang terus menerus memperlihatkan bentuk yang mengerikan itu perlahan-lahan hilang ketiak risa sadar kalau dia semakin menolak kemampuannya mereka semakin menunjukkan keberadaanya. dia maish mempertahankan kemampuannya karna risa masih berharap kalo kelima teman masa kecilnya tiba-tiba datang dan bersama lagi.

Sekian tahun risa mencoba agar teman-temannya kembali. Dari mengunjungi rumah tua neneknya yang sekarang sudah berubah menjadi rumah modern. tapi sampai jam 9 malam risa menunggu, keadaan rumah itu tetap sepi, tidak ada tanda-tanda mereka datang.

Keadaan risa yang mulai berubah, hidupnnya mulai tumbuh di dunia musik. terpikirkan oleh risa untuk membuat lagu untuk peter dan yang lainnya. semoga dengan lagu itu bisa membuat mereka datang.
hari itu risa melakukan rekaman, mulai menyanyikan lagu ciptaannya, Story of Peter.
"peter william hans hendrick, jansen.. demi tuhan sekali saja tolong muncul di depanku untuk membantuku bernyanyi lagu yang menceritakan kalian semua.. bukan hanya tentang peter, tolong muncul aku sangat merindukan kalian semua. mata risa terbuka, berharap mereka sudah ada didepannya, tapi tak ada. dia menghela nafas dan mulai ber
yanyi terpejam

Sad eyed boy in his silly pants
Sometimes his there
Sometimes he sides
Pale fair skin and his tiny hands
Waving from distance in black and white

Dengan sepenuh hati risa bernnyanyi agar mereka yang mendengar bisa mengerti betapa besar arti lagu ini.

Nobody sees him when his around
But his besides me whenever I'm down
Run about and play around my silky dress
Now I could never forget his face

Risa melihat sekeklilingnya, dan nihil, dia melanjutkan part yang paling disukai mereka berlima dan risa waktu kecil dulu.

Abdi teh ayeuna gaduh hiji boneka.......

Belum selesai risa menyanyikan liriknya, tiba-tiba terdengar jelas suara-suara anak kecil yang ikut bernyanyi bersamanya. Risa menangis tanpa sadar mendengar suara mereka semakin keras.

Teu kinten saena sareng lucuna 
Ku abdi di erokan erokna sae pisan
Cing mangga tingali boneka abdi

Suara mereka berlima terdengar bersemangat sekali sampai risa tidak bisa mendengar suaranya sendiri. risa membuka mata dan melihat sekelilingnya, anak-anak hantu belanda yang masih seperti dulu. peter hans hendrick william dan janssen, yang menatapnya heran karna kini risa tidak sama lagi seperi mereka dulu. "benarkah ini kalian semua? ini bukan mimpi kan?" risa memberondong mereka dengan pertanyaan-pertanyan tak percaya yang segera memeluk mereka berlima erat.

"risa, sekarang kau berubah semakin tinggi dan gendut." kata jansen yang disambut tawa kelimanya.

Mereka yang diharap risa datang hanya sekali ternyata semakin sering datang dan mengisi hari-hari risa lagi. jauh lebih menyenanngkan daripada saat kecil dulu. suara tawa peter, suara ketus hans hendrik, biola william yang mengalun dan kenakalan jansen, sampai sekarang menemani risa di kehidupannya.

Waktu di acara empat mata dulu ketauan tontonanya tukul eea-  risa saravati ini pernah datang, bareng orang-orang yang punya six sence. Dan waktu sesi tanya jawab itu, risa bilang peter dan yang lainnya berdiri di belakang risa dan ikut bersamanya selama siaran itu. Hihihiihi dan ternyata waktu risa ada acara nyanyi di mana-mana dan menyanyikan story of peter, peter dengan suka rela menari bersama risa, meskipun orang-orang yang melihatnya tidak bisa melihat sosok peter.

Sampai jumpa di cerita selanjutnyaa :))))))))))))))))))))))))))))))))))))))

Konser Niskhala Sarasvati




Kelompok musik beraliran pop etnik, Sarasvati membawakan sebuah lagu dalam konser bertajuk Djarum Black Mild Nishkala Sarasvati di Sasana Budaya Ganesha (Sabuga), Jalan Tamansari, Kota Bandung. Konser ini sekaligus dijadikan momen peluncuran album kedua Sarasvati yang bertajuk Mirror dan rilis perdana buku kedua Risa Saraswati berjudul Maddah.



Tidak seperti biasanya, konser tunggal Sarasvati di Sasana Budaya Ganesa (Sabuga), Kota Bandung, tampil lebih bebas. Sarasvati dengan vokalisnya Risa Saraswati tidak membatasi ruang geraknya pada genre tertentu. Dia lebih kreatif dan maksimal dengan melibatkan genre musik lain seperti tarawangsa,tembang Cianjuran,dan lainnya. Mengusung tema Nishkala Sarasvati, konser ini memang tidak membatasi waktu dan ruang. Meski demikian, Sarasvati tetap membawa unsur horor. 

Selepas pintu masuk misalnya, penonton diajak menyusuri ruang horor penuh mistis. Seperti peti mati, cermin tua, lubang pembakaran, hingga salah satu sudut berdarah di rumah sakit. Saraswati yang mengena-kan pakaian serba hitam membuka konser lewat tembang Maddah. Sebuah judul lagu yang juga judul buku yang baru saja diterbitkan. ”Maddah adalah perpanjangan dari berbagai kisah keseharian,”kata Saraswati. 

Pada penampilan pertamanya itu, Sarasvati dengan 10 personel grupnya itu tampil bersama 30 orang lainnya.Pada lagu keduanya,Sarasvati membawa penonton melalui tembang Hounted Sleep, Question, dan Mirror.Pada lagu Bilur,Sarasvati berkolaborasi dengan Ambu Ida, pesinden tembang Cianjuran. Pada pertengahan konser, Risa juga berkolaborasi dengan personel grup band Gigi, Dewa Budjana.Keduanya tampil pada tembang Solitude.

Tak puas dengan Dewa, Risa kolaborasi dengan musisi lainnya, feat Kiki Chan pada Death Can Tell a Lie, featTrah Tradisi pada Gloomy Sunday, feat Imelda Rosalin pada Danur,feat Mario Kahitna pada Oh I Never Know. Sarasvati membawakan 18 lagu. Semuanya nyaris kolaborasi dengan musisi dan genre lain. 

Asal Usul lagu "Boneka Abdi" dan tersirat dalam lagu Story Of Peter karya Sarasvati

"Boneka Abdi" 


Taukan kalian? Lyric lagu Boneka Abdi tersirat di dalam salah satu lagu Story Of Peter karya Risa Saraswati dan band Sarasvatinya. 

"Entah darimana asalnya ide memasukkan lagu anak "Boneka Abdi" di lagu "Story Of Peter". Idenya muncul begitu saja saat mengaransemen musiknya. Mungkin karena saya menganggap lagu ini sangat familiar ditelinga anak-anak parahyangan (bukan UNPAR ya maksudnya anak-anak tanah sunda), atau karena kesan 'menyeramkan' saat menyenandungkan lagu ini." Begitulah tutur Risa dalam tulisannya di blog pribadi miliknya. 

Taukah kalian asal usul dari lagu tersebut? Ternyata ini adalah lagu anak yang muncul pertama kali di Eropa, tepatnya di Jerman dan Belanda. Sampai sekarang, belum diketahui siapa yang menulis lirik ke dalam bahasa sundanya. Seperti gosip, lagu ini menyebarrr diseluruh penjuru tanah parahyangan dan menjadi lagu anak-anak yang cukup populer. 

Berikut lyric lagunya:

" Abdi teh ayeuna.. gaduh hiji boneka, teu kinten saena sareng lucuna...

ku abdi di erokan.. erokna sae pisan..cing mangga tingali boneka abdi "

Terjemahan ke dalam bahasa Indonesianya kurang lebih begini, "Saya sekarang punya satu boneka...tak terkira bagusnya dan lucunya. Saya pakaikan dia rok, rok yang sangat lucu. Ayo silahkan lihatlah boneka saya.."



"Sebenarnya liriknya sangat manis dan simpel, namun entah kenapa...saat mendengar nada-nada minor melalui lagamnya, sosok boneka seperti gambar diatas lah yang ada di kepala saya. Saya membayangkan sosok si anak pemilik boneka adalah gambar anak kecil yang ada di dalam bingkai fotonya dan boneka yang dia banggakan tidak selucu yang dia gambarkan. Saya menangkap lagu anak ini adalah lagu yang sangat miris."

"Sama seperti lagu "Story Of Peter", dimana lagu itu menceritakan tentang sosok hantu anak kecil yang sangat lucu, jahil dan periang. Aransemen musiknya dibuat sangat riang dan ceria dengan memasukkan beberapa instrumen menggelikan. Liriknya pun menggambarkan sosok Peter yang sangat nakal.... Tapi sebenarnya ada pesan 'miris' mengenai Peter di lagu itu, dan saya ingin orang yang mendengarkannya mampu merasakan ada 'sesuatu' dibalik sosok Peter yang  sangat menyedihkan dan kesepian."

"Akhirnya secara tidak sengaja, saya memilih lagu "Boneka Abdi" ini untuk menjadi intro dan outro lagu "Story Of Peter". Dan ternyata benar, setelah menggabungkan lagu ini kedalam aransemen "Story Of Peter" kesan 'miris' yang saya cari mengenai peter bisa saya dapatkan. "

Risa kembali menuturkan mengapa ia memasukan lyric "Boneka Abdi" dalam lagu "Story Of Peter"
Memang cukup mistis ya medengarkan lantunan yang sangat melegenda itu. Untuk itu kalian semua udah tau kan dari mana asal usulnya. See you next post ;D




Senin, 08 Juni 2015

Risa Saraswati atau dikenal dengan nama panggung Sarasvati (lahir di Bandung, 24 Februari 1985) adalah penyanyi, penulis berkebangsaan Indonesia. Risa dikenal dengan kemampuan supranaturalnya yang mampu berkomunikasi dengan makhluk gaib. Saat ini ia bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil Kabupaten Karawang Departemen Bina Marga dan Pengairan. 


Perjalanan karier

Bergabung dengan Homogenic (2002-2009)

Risa terjun ke bidang tarik suara sejak SMA, dan sejak lulus mulai serius menekuni bidang tersebut dengan bergabung dalam sebuah band bernama Homogenic selama 7 tahun lamanya. Bersama Homogenic, Risa merilis album studio Epic Symphony (2004), Echoes of Universe (2006), dan album kompilasi Jakarta Movement” (2005).


Sarasvati (2009-sekarang)

Tahun 2009, Risa mengumumkan bahwa dirinya mengundurkan diri dari Homogenic, dan pada akhirnya mencoba menulis lagu dan menjadi solois dengan nama panggung Sarasvati dan merilis album solo berjudul Story Of Peter. Album ini berisikan 7 lagu dengan lagu andalan “Oh I Never Know”. Lima lagu berbahasa Inggris dalam album tersebut ia tulis sendiri, sementara 2 lagu lainnya adalah lagu daur ulang, antara lain “Question” milik Space Astronauts serta “Perjalanan” milik Franky & Jane.



Kehidupan pribadi

Risa bertumbuh besar di Bandung. Ia lulus sebagai sarjana Teknik Sipil di sebuah universitas swasta di kota Bandung.

Karier menulis

Risa memiliki hobi membaca karya-karya Enid Blyton sejak kecil, dan beralih pada karya-karya R. L. Stine saat remaja. Kebiasaan itu lantas beralih menjadi kebiasaan menulis cerita. Berawal dari menulis diary, menulis kisah sahabat, hingga akhirnya menulis kisah-kisah di balik lagu-lagu yang ditulisnya dalam sebuah blog. Hobi baru ini yang membawa keberuntungan hingga akhirnya muncul kesempatan untuk menulis lebih serius dalam sebuah karya dalam bentuk buku. Kedekatan Risa dengan hal-hal mistik juga banyak dibagi dalam buku yang diterbitkan oleh penerbit Bukune.

Kemampuan supranatural

Sejak kecil, Risa telah menunjukkan gelagat aneh dengan seringkali berbicara seorang diri. Ia mampu berkomunikasi bahkan menjalin hubungan baik dengan makhluk-makhluk yang tak kasat mata. Oleh karenanya, album Story of Peter banyak bercerita tentang kedekatannya dengan makhluk gaib tersebut.
Bahkan lagu yang berjudul "Bilur" itu pun berasal dari kejadian mistis. Lirik nyinden nya pun, berasal dari mahluk halus yang bernama "Mae". Dimana Mae tersebut adalah seorang penyanyi sinden yang menikahi seorang pria namun tidak disetujui oleh orang tuanya. Dalam kehidupan sehari-hari nya itu, Mae selalu di siksa oleh suaminya sendiri. Mae meninggal karena disiksa suami nya, dia pun menyesal tidak menuruti kata-kata orang tua nya.



Novel Karya Risa Saraswati :



  • Danur (2011) 
  • Maddah (2012) 
  • Sunyaruri (2013)

  • Ananta Prahadi (2014) 
  • r.i.s.a.r.a (2014)
  • Catatan Hitam (2015) 
  • Gerbang Dialog Danur (2015)

Dan disini kalian bisa lihat beberapa video clip Sarasvati :




 


Berikut beberapa mp3 hasil karya Risa saraswati beserta Bandnya Sarasvati yang bisa kalian download :

Sarasvati - Story Of Peter 

Sarasvati - Bilur

Sarasvati - Cerita Kertas dan Pena

Sarasvati feat Trah Project - Gloomy Sunday

Sarasvati - Karam

Sekian postingan kali ini, sampai bertemu di postingan selanjutnya :))))